, JAKARTA –
Presiden China
Xi Jinping
menekankan kepada para pemimpin tertinggi dari perusahaan multinasional internasional agar menjaga sektor bisnis global serta jaringan pengiriman produknya. Tuntutan ini menjadi bagian dari strategi China dalam menenangkan ketidakpastian yang dialami oleh perusahaan luar negeri terkait stabilitas perekonominya menghadapi potensi penambahan bea masuk Amerika Serikat yang lebih besar.
“Untuk memelihara keseimbangan dalam industri global serta aliran barang dan jasa, kita harus berkolaborasi erat. Ini adalah elemen vital bagi pertumbuhan ekonomi internasional yang stabil,” ujar Xi saat bertemu dengan para tokoh bisnis seperti pimpinan AstraZeneca, FedEX, Saudi Aramco, Standard Chartered, dan Toyota pada hari Sabtu (29/3/2025) menurut laporan Reuters.
Kira-kira 40 eksekutif turut serta dalam pertemuan itu, dengan mayoritas mereka berasal dari industri Farmasi. Pertemuan ini bertahan hampir 2 jam lamanya dan tujuh badan usaha diajak menyampaikan pendapatnya, demikian ungkap salah satu informan yang mengerti betul terkait persiapan agenda rapat tersebut.
TikTok Sebagai K artej Tr um p Dalam Negoisasi Tarif Impor Antara A S dan Cina
Para pemimpin perusahaan berada dalam susunan setengah lingkaran, dengan CEO Mercedes-Benz, Ola Kallenius, serta Raj Subramaniam dari FedEx yang posisi mereka persis menghadap ke arah Xi. Di deret depan juga terdapat CEO HSBC yaitu Georges Elhederry, pimpinan SK Hynix yakni Kwak Noh-jung, Presiden dan CEO Saudi Aramco bernama Amin Nasser, serta Ketua Hitachi Toshiaki Higashihara.
Beijing tengah berusaha meredakan ketakutan bahwa perselisihan perdagangan terbaru dengan Presiden AS Donald Trump dapat memberikan tekanan tambahan pada pertumbuhan ekonominya yang sudah tertekuk akibat pandemi dan upaya pemulihan yang sulit sebagai perekonomian terbesar nomor dua global.
:
Pertumbuhan Energi Terbarukan Global Meningkat Pesat Tahun 2024, China Menjadi Penyumbang Utama
Keresahan akibat aturan ketat di Tiongkok, operasi mendadak yang keras terhadap entitas asing, serta persaingan tak merata yang memihak pada perusahaan pemerintah lokal turut menurunkan semangat usaha.
“Pemimpin perusahaan yang saya temui, dan saya telah berdiskusi dengan sebagian besar di antaranya, menganggap pertemuan ini sangat penting untuk dilaksanakan,” ujar Sean Stein, Presiden US-China Business Council (USBC), sambil menyebut dirinya sebagai salah satu anggota rapat tersebut.
:
Perbedaan Pendekatan Indonesia dan China Menyikapi Ancaman Perang Dagang dengan AS
Stein menyebutkan, Xi tidak cuma ngaku ada beberapa hambatan yang dijumpai oleh perusahaan dan sektor industri, tapi pada banyak kesempatan ia juga janji pemerintahan bakal ambil langkah.
Frank Bournois, Wakil Presiden dan Dekan Sekolah Bisnis Internasional China Eropa di Shanghai menyebut bahwa pertemuan tersebut adalah sebuah contoh luar biasa dari diplomatasi bisnis.
“Kini bukan hanya terjadi diskusi di antara lembaga-lembaga, melainkan juga antara entitas-entitas WTO serta pemerintah negara. Diplomasi kini dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan yang tak sekadar berbicara untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk industri mereka,” ujarnya.
Dia menyebutkan bahwa kesuksesan dari pertemuan itu akan tergantung pada langkah-langkah yang dilakukan di kemudian hari dan tidak semata-mata berdasarkan janji-janji.
Rutin Bertemu
Frekuensi rapat antara para eksekutif asing dengan petinggi China naik minggu lalu, menyusul rilis data yang mengindikasikan penurunan investasi langsung asing sebesar 27,1%.
year on year
(YOY) dalam nilai setempat untuk tahun 2024. Penurunan ini merupakan yang tertinggi sejak krisis finansial global di tahun 2008.
Xi menjelaskan bahwa perusahaan asing berkontribusi sekitar satu pertiga terhadap perdagangan luar negeri China, yaitu impor dan ekspornya, serta menduduki posisi seperempat dalam hal kontribusi nilai tambah industri. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab atas sepertujuh penerimaan pajak negara tersebut, sambil membantu penciptaan lebih dari 30 juta lapangan kerja.
Selama beberapa tahun belakangan ini, investasi asing di China pun ikut terpengaruh oleh masalah geopolitik. Seringkali saya menyebutkan bahwa meredupkan penerangan oranglain tak akan membawa kecerahan yang lebih bagi diri sendiri.
Trump sudah melanjutkan pertarungan ekonominya terhadap China semenjak ia menjabat dan telah menyatakan serangkaian tarif balasan yang baru akan dimulai efektif pada 2 April ini. Serangan tersebut ditujukan untuk negeri-negeri yang memberikan rintangan dalam perdagangan produk-produk Amerika, termasuk mungkin juga China.
Ia menetapkan tariff sebesar 20% di bulan ini untuk barang-barang eksporan dari China, hal tersebut mendorong pihak China untuk memberikan balasan berupa biaya tambahan pada hasil-hasil pertanian Amerika.
“Pokoknya kerjasama antara China dan AS di bidang ekonomi serta perdagangan itu saling memberikan manfaat bagi kedua belah pihak,” ujar Xi pada kesempatan tersebut.
Kepala negara China di masa lalu sengaja mengajak para pengusaha senior dari Amerika Serikat untuk datang usai Forum Pengembangan China. Namun, Stein menyebut bahwa jenis pertemuan seperti itu kemungkinan besar tak akan jadi agenda tetap dalam forum bisnis tahunannya, dimana event tersebut kali ini digelar pada 23 dan 24 Maret.
“pesan dari China menunjukkan bahwa hal ini bukanlah suatu even tahunan dan para pelaku bisnis sebaiknya tidak mengandalkannya,” jelas Stein.